Menkop : Korporasi Petani, Kunci Mengangkat Ekonomi Petani Rakyat

oleh -640 views
oleh

Corongnews.com -.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut korporasi petani dapat menjadi kunci mengangkat ekonomi petani rakyat yang memiliki lahan sempit.
Ia menyebut mengkonsolidasikan petani perorangan dan lahan tanam mereka dalam satu wadah dapat meningkatkan skala ekonomi yang saat ini masih rendah.

Sempat meninjau ke Malaysia, Teten mengatakan masih banyak yang harus diperbaiki, dari teknologi yang ketinggalan, konektivitas antar hulu dan hilir atau dari petani ke pasar, hingga kemampuan manajerial petani.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), sambung Teten, telah mengarahkan beberapa kementerian untuk membentuk model percontohan (piloting) untuk korporasi petani. Dalam kajian Kemenkop, wadah yang paling memungkinkan berupa koperasi.

Dari sana dapat dikumpulkan kelompok petani yang diarahkan untuk berpikir manajemen dan sistem pengolahan modern, serta memasarkan hasil pertanian ke industri ritel secara daring.

“Kami wadahkan dalam bentuk koperasi petani yang intinya membangun korporasi tani yang berasal dari petani-petani perorangan berlahan sempit,” katanya pada webinar Sariagri bertajuk Kemitraan UKMK Sawit, Selasa (27/4).

Di kesempatan sama, Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Kemenkop UKM Pixy menyebut rendahnya kesejahteraan petani RI dikarenakan banyak petani rakyat yang bekerja hanya sebagai buruh tani, kalaupun ada lahan biasanya lahan sangat sempit dan tidak masuk dalam skala ekonomis.

Masalah lainnya, penyerapan hasil tani kerap bergantung pada korporasi yang membuat daya tawar petani sangat lemah.

Lewat korporasi, petani diharapkan dapat dibentuk industri pengolahan sendiri dan pemasaran lewat koperasi dan hasil penjualan dibagi dengan para petani.

“Dengan adanya koperasi yang bisa mengelola hasil anggotanya sendiri diharapkan kesejahteraan dan daya tawar petani bisa jauh lebih baik,” kata dia.

Sebetulnya, wacana pembentukan korporasi tani sudah digaungkan sejak beberapa tahun lalu. Bahkan, Jokowi sempat mengaku kecewa karena pembentukan korporasi petani dan nelayan belum kunjung tercapai.

“Saya sudah perintahkan beberapa tahun lalu, lihat di Malaysia, lihat korporasi sapi di Spanyol, model-model bisnis yang bagus dan mudah ditiru. Tapi saya tidak tahu, sampai sekarang model tersebut belum bisa dibuat satu atau dua,” ungkap Jokowi pada Oktober lalu.

Ia menyatakan korporasi petani dan nelayan perlu dibuat untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia. Terlebih, sektor tersebut sedang berkembang positif di tengah anjloknya ekonomi nasional akibat corona.

Ia bilang pertumbuhan sektor pertanian akan membawa dampak positif bagi petani dan nelayan. Hal itu akan mempengaruhi kesejahteraan hidup mereka.

Untuk mengembangkan sektor pertanian, Jokowi bilang petani dan nelayan perlu didorong bekerja secara berkelompok dan berada dalam sebuah korporasi. Dengan begitu, ada skala ekonomi yang mempermudah akses petani dan nelayan dalam memasarkan hasil produksinya.

“Pola pikir bergerak pada sisi pasca panen dan sisi bisnis, bangun sisi produksi sampai pasca panen,” imbuh Jokowi.

Namun, sejauh ini Jokowi belum melihat model korporasi petani dan nelayan berjalan optimal di lapangan. Menurut dia, hanya ada beberapa kelompok petani dan kelompok nelayan, tetapi belum terbangun model bisnis yang menguntungkan bagi mereka.

“Belum terbangun model bisnis misalnya yang disambungkan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau mungkin swasta besar,” tutur Jokowi.

Oleh karena itu, kepala negara memerintahkan jajarannya untuk fokus membangun satu atau maksimal dua model bisnis korporasi petani atau nelayan di sebuah provinsi. Model bisnis itu harus dibuat sampai benar-benar terimplementasi.

“Sehingga nanti dijadikan contoh, di-copy di provinsi lain. Nanti juga di-copy kelompok petani dan nelayan lain,” ujar Jokowi.

(cnnindonesia.com)

No More Posts Available.

No more pages to load.