Kuyung Kritis/ A. Rivai, Tokoh Masyarakat Sumsel tanggapi Kelangkaan Minyak Goreng saat ini. 

oleh -560 views
oleh

Palembang, corongnews.com –

 

Terkait kelangkaan minyak goreng dan maraknya antrian masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng di berbagai pasar murah dalam beberapa bulan ini mendapat tanggapan berbagai pihak, salah satunya datang dari tokoh masyarakat Sumsel yang bernama A. Rivai atau yang kerap disapa Kuyung Kritis ketika diminta komentarnya terkait kelangkaan minyak goreng saat ini.

Menurut Kuyung Kritis ketika diwawancarai di kediamannya di Jalan Demang Lebar Daun, Palembang, pada Selasa, 01/03/22.

Dirinya turut menanggapi terkait permasalahan kelangkaan minyak goreng dipasaran saat ini.

Menurutnya bahwa masyarakat saat ini dibuat bingung oleh Pemerintah dan Pengusaha dengan adanya Kelangkaan minyak goreng.

Hal ini menjadi ironis ketika Provinsi Sumsel memiliki jutaan hektar kebun sawit, dan puluhan pabrik cpo dan minyak goreng sementara kondisi minyak goreng kita tidak bisa diperoleh di pasaran maupun warung dan minimarket sehingga muncul istilah langka di pasaran.

“Sebenarnya kita punya lahan sendiri yang begitu luas, tanah sendiri, tempat sendiri, pengelolaan sendiri, kenapa minyak kita langka kayak begini.

Kemarin saya suruh pegawai saya mencari minyak goreng untuk keperluan memasak dan cuma dapat satu kilo dengan harga 18.000,-. Jadi saya juga bingung, kenapa hal itu bisa terjadi”, ujar A. Rivai.

A. Rivai menambahkan bahwa mengapa hal itu bisa terjadi, karena diduga semua itu diolah oleh orang luar, seluruh perkebunan ini juga diduga dikelola oleh asing sebab pemerintah memasukkan investor luar negeri masuk kedalam untuk menambah PAD Provinsi, Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia.

Dari PAD ini yang didapat berupa pajak, yang tidak jelas berapa persen yang pemerintah dapatkan dari perusahaan luar negeri maupun dalam negeri.

“kenapa minyak goreng ini menjadi langka, karena pengusaha tentunya mencari keuntungan.

Hal ini tergantung dari Pemerintah, apakah mau mensubsidi atau tidak karena ini merupakan salah satu langkah yang tepat.

Jika tidak mensubsidi maka pengusaha jelas tidak mau merugi”.

A. Rivai berharap supaya pemerintah pusat dapat mengembalikan kembali harga minyak goreng ini agar kembali normal selain dari subsidi.

Kalau untuk mengurangi dari pengusaha itu mungkin berat karena harga kelapa sawit sudah naik untuk berbagai produk keperluan lainnya seperti bio diesel, dan lain-lainnya.

Cuma saat ini dampaknya berimbas kepada masyarakat kecil terutama ibu-ibu rumah tangga yang menjadi permasalahan kita dan ini menjadi pekerjaan pemerintah untuk mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat yang kurang mampu, ujarnya. (Afan)

No More Posts Available.

No more pages to load.