Palembang,corongnews.com –
Devi Suhartoni, Bupati Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Provinsi Sumatera Selatan siap secara profesional menyelesaikan masalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Hal itu diungkapkannya saat wawancara khusus bersama Management Vosmedia.co.id, ditempat kediaman Rumah Dinas Bupati. Minggu (31/10/2021).
“Saya kalau dapat kesempatan memimpin, ya sanggup,” kata Devi Suhartoni.
Bupati yang sebelumnya berkecimpung diperusahaan asing selama puluhan tahun ini dianggap teman-teman sejawatnya mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi pada emiten berkode GIAA ini.
“Pengalaman saya selama ini, saya habiskan karier saya 25 tahun dibidang teknik, kemudian di Ekonomi, mayoritas saya di tambang. Kalo temen-temen saya bilang seperti itu ya terima kasih,” ujarnya.
“Mungkin dulu saya itu memimpin salah satu kegiatan dipertambang dan perusahaan asing , yaitu di Newmont NTB, ya meskipun tentu ada perbedaan,” tambahnya.
Menurutnya, operasional yang ada di Garuda hampir sama dengan pertambangan, dan dia pernah memimpin sebagai senoir management di bidang teknik.
“Tetapi tidak hanya itu kolerasi terhadap operasional. itu harus komplitable agar managament sesuai,” tuturnya.
Devi Suhartoni menilai, selama ini Garuda Indonesia beroperasi tidak efisien, terbebani dengan biaya maintenance, bahan bakar, sewa pesawat, manpower dan miselenius item.
“Itu seharusnya di mapping secara baik. Potensi pengeluaran biaya yang paling tinggi dimana tidak efisien. Serta melihat rute-rute yang tidak menguntungkan,” jelasnya.
“Shep okupansi resque : misalnya penerbangan garuda kerute tertentu yang gemuk, berbading rute yang kurus. Artinya dalam operasional ada subsidi silang.
Artinya akan bisa kita lihat hitungan, harian, bulanan dan tahunan. Kalau hitungan tahunan merugi, maka baiknya distop. Dan kita berapiliasi dengan penerbangan internasional lain. Agar tidak mengangu rute penerbangan,” tambahnya.
Sebagai anak bangsa yang hatinya tergugah untuk Melani kepentingan Negara, dia bersedia mengajukan diri menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan persoalan yang telah melanda Garuda Indonesia.
“Kalau lowongan terbuka, ya saya melamar.
Ya kalau kita melamar, paling tidak kita dipanggil atau diwawancara oleh bapak Menteri. Dan kita bisa sharing. Sebagai anak bangsa garuda harus tetap untung dan tetap terbang, Garuda Proud of nations,” sebut Devi Suhartoni yang juga Kader Idiologis PDI Perjuangan ini.
Terkait dirinya yang saat ini menjabat sebagai Bupati Muratara, Sumsel, dia menyerahkan keputusan ini pada internal PDI Perjuangan, apapun keputusan Partai dia akan laksanakan.
“Saya sebagai kader dan petugas Partai, saya akan memutusi dilingkungan partai saya, karena sebagai kader yang baik harus patuh, Seperti saya mendapatkan tugas dari ibu mega mencalonkan Kepala Daerah,” ungkapnya.
“Dan kalau partai memberikan tugas yang baru, saya akan ambil dan terima tugas tersebut,” tambahnya.
Devi Suhartoni menyebutkan, dirinya telah terbekali pengetahuan dan pengalaman kerja yang telah dia lewati selama ini.
“Secara ilmu, saya siap. Secara ilmu disitu paling banyak adalah maintenance cost dan fuel cost,” kata Devi Suhartoni.
“Pesawat terbang itu tolak ukurnya jam terbang, kemudian mengecek komponent pesawat tersebut. Misal boing kita cek secara berkala. Didalam maintenance cost pesawat ada namanya tangible cost, adalah biaya yang harus dikeluarkan, contohnya, maintenance pesawat untuk keselamat penumpang. Tetapi dalam banyak hal ada yang mesti dimapping kembali,” tambahnya.
Devi Suhartoni juga menjelaskan abromental (lingkungan hidup) dan sistem dari bahan bakar yang digunakan saat ini serta energi terbarukan minyak inti sawit (bioavtur).
“Kalau dulu dipertambangan, itu banyak alat berat yang mengunakan sistem teknologi, dan ada namanya maintenance rivel contak, dan disitu bisa mengurangi maintenance lainnya,” kata Devi Suhartoni.
Selain itu, kata Devi, karena garuda itu adalah bisnis, maka mesti menghitung total revenue, total pasokan dengan biaya.
Devi Suhartoni juga memaparkan empat langkah menyelesaikan hutang GI pada perbankan, penyewa peswat dan pertamina.
1. Mapping operasional untuk melakukan efisensi dan penghematan biaya dengan tidak mengabaikan keselamatan.
2. Melakukan struktural hutang kepada pihak kreditor. Kalau kreditornya Negara, bisa melakukan pengurangan bunga.
3. Rapat dan negosiasi kepada penyewa pesawat. Aliansi partner (persekutuan) yang tetap berpedoman pada menguntungan kedua belah pihak.
4. Diskusi dengan Pertamina dan mendiskusikan total hutang, distance bahan bakarnya, kemudian memperbaiki sistem suply change kepada Pertamina. Kemudian akan melibatkan universitas untuk melakukan pengembangan terhadap efisiensi pemakaian fuel.
“Siapapun direktur garuda harus memaparkan kepada pemerintah dan swasta. Bahwa operasional revenue berbanding dengan biaya, misal tidak sesuai, ada beberapa biaya yang memberatkan garuda. Dan itu harus di paparkan secara transparan. Karena garuda selain harus untung, juga harus tetap terbang,” kata Devi.
Devi percaya bahwa para pengambil keputusan akan peduli, sebab garuda merupakan praud of nations.
“Karena kalau garuda untung dan terus mengudara maka proud of nation kita akan terjaga dengan baik,” harapnya.
Untuk diketahui PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi senilai US$898,65 juta atau setara Rp12,8 triliun (kurs Rp14.250 per dolar AS) pada semester I 2021. Kerugian meningkat sekitar 26 persen dari US$712,72 juta atau Rp10,15 triliun pada semester I 2020.
Dilansir dari CCN Indonesia, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan kerugian ini terjadi karena pendapatan perusahaan hanya sekitar US$696,8 juta atau Rp9,92 triliun pada periode tersebut. Pendapatan itu turun sekitar 24 persen dari US$917,28 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, beban usaha mencapai US$1,38 miliar atau Rp19,66 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Kendati begitu, ia mengklaim beban usaha ini sejatinya menurun 15,9 persen dari US$1,64 miliar. (Red)