![]() |
Salah satu sudut Kampung Bule, Nagoya, Batam. ( Foto: BeritaSatu / Nurlis E Meuko ) |
- Wisata malam bagi turis-turis asing yang khas di Batam.
- Bagaimana dengan turis lokal jika datang di sini?
BATAM, SriwijayaAktual.com – Mirip dengan sebuah nama kota besar di Jepang: Nagoya, ibu kota Prefektur Aichi yang terletak di pesisir Samudra Pasifik. Nah, satu lagi Nagoya adanya di pusat perkotaan Batam, sebuah kota terbesar di Kepulauan Riau.
Bagi yang pernah ke Batam, tentu tak asing lagi dengan Nagoya, lokasi wisata yang berjejal tempat hiburan, dan digemari para turis asing. Di sinilah berada kawasan yang disebut Kampung Bule, letaknya sangat strategis di pusat bisnis dan perhotelan kota Batam.
Jangan berharap suasana Nagoya di negeri sakura yang terkenal dengan wisata alamnya, Nagoya yang di Batam benar-benar wisata malam bagi turis-turis asing.
Inilah sebuah kota di daerah yang memiliki 42 bar dan cafe, berjejer di beberapa blok. Kampung Bule hampir mirip dengan tempat wisata di Legian, Bali, juga hampir sama dengan Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, tempo dulu.
Jadi jika ke Batam dan ingin merasakan kehidupan malam, maka Kampung Bule adalah tempat yang pas untuk itu.
Mengelilingi Kampung Bule, hampir semua pintu masuk bar cewek-cewek berpakaian minim menyapa pengunjung. Hanya saja, jika dihampiri pria berkulit coklat, mereka akan melengos dengan mata menyapu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Mereka akan terlihat riang jika melihat turis asing, dan menyapa manja walau dengan bahasa Inggris seadanya. Apalagi pria berkulit putih kemerah-merahan berambut pirang, sangat diistimewakan.
Cocok dengan namanya, Kampung Bule, perempuan di sini memang memanjakan “bule-bule” yang berkunjung di sini. Tak heran jika Jhonsen, warga Amerika, merasa betah di sini.
Selama berada di Batam, hampir saban malam ia berada di Kampung Bule. “Pelayanan ramah dan bagus. Cantik, semuanya apa adanya, tidak neko-neko,” katanya kepada wartawan batamnews.co.id.
Namun, menurut salah seorang warga, Sofyan, mengatakan tidak semua bar memiliki wanita berpakaian seksi dan hanya melayani turis asing. “Sebagian bar bisa untuk keluarga. Tidak ada wanita yang menemani minum,” katanya.
Bahwa nama Kampung Bule itu karena banyak turis asing, Sofyan mengakuinya. Ia menjelaskan, penamaan Kampung Bule itu karena ramainya turis asing yang bersantai di sini untuk melepas penat usai bekerja di sejumlah perusahaan di Batam. “Makanya orang-orang menyebutnya kampung bule,” katanya.
Selain itu, Kampung Bule ini tempat yang paling rajin kena razia. Paling sering tergaruk adalah warga negara asing yang tidak memiliki dokumen. Bahkan di masa lalu, Kampung Bule, dikenal sebagai sarang narkoba. Kini sudah tidak begitu lagi.
Pemandangan yang tak elok lainnya, di sela-sela lalu-lalang pengunjung dari berbagai negara di Kampung Bule, ada bocah-bocah malam yang menghampiri mereka. Bocah ini menadahkan tangan meminta sedekah.
Selain itu di beberapa emperan toko, ada orang-orang yang tiduran di atas kardus. Mereka seperti peminta-minta. “Sayangnya, pemerintah tidak memperhatikan, padalah ini salah satu tempat wisata di Batam,” kata Sofyan.
Begitulah Kampung Bule yang menggeliat setiap malam. Menjelang subuh, keramaiannya mulai surut. Begitu matahari terbit, Kampung Bule menjadi sepi. Maklum, Kampung Bule hanya dimanjakan malam. [***]