corongnews.com –
Ripped jeans menjadi bagian dari sejarah perkembangan style jeans dari masa ke masa. Gaya rebel yang ditimbulkan dari denim yang sobek di bagian lutut misalnya, malah dianggap keren oleh banyak orang.
Bukan sekarang ini, tren sobek-sobek atau distressed jeans ini sudah menjamur sejak tahun 1980-an. Awalnya, grup-grup rhythm dan blues-lah yang mengenakannya sebagai street style mereka. Sedangkan grup musik rock, justru menggunakan pakaian leather.
Di era 80-an ini, masyarakat selalu tertarik dengan segala hal yang berwarna ngejreng, banyak warna bahkan cenderung norak. Gaya sobek di jeans, menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menarik perhatian dan mengagetkan publik.
Gaya ini kemudian terus berlanjut hingga ke era 90-an dan diadopsi oleh masyarakat secara umum. Aksen sobek ini juga mulai menjadi obsesi orang Indonesia.
Namun, makna dari style ripped jeans di era 90 berbeda dari era 80-an. Di tahun 90-an, terjadi masa di mana kaum grunge dan punk yang biasanya menyukai pakaian casual, menunjukkan sikap anti-fashion dengan memakai busana yang terkesan seadanya bahkan yang robek-robek.
Di masa itu, Nirvana dan Green Day pakai celana jeans sobek-sobek bahkan saat konsernya juga untuk menunjukkan sikap anti-fashion, dan ‘sebiasa’ mungkin seperti penonton mereka.
Pada era ini juga, kaum punk punya peranan penting dalam mempopulerkan trend distressed jeans. Ideologi punk yang antikemapanan dan melawan sistem pemerintahan direpresentasikan mereka lewat fashion. Salah satunya jeans yang dibuat robek-robek dan penggunaan spike di sana-sini, menjadi ciri khas fashion punk saat itu.
Sekarang ini, ripped jeans bukan lagi hanya terbentuk secara alami maupun dibuat sengaja oleh penggunanya. Berbagai brand jeans bahkan telah menjadikan style ini dalam item produksi wajib mereka.
(gastankmagazine.com)