Corongnews.com – Buntut dari naiknya harga sejumlah barang dan pungutan pajak, tahun ini diduga menjadi tahun yang berat bagi masyarakat, terutama ekonomi menengah ke bawah.
Tercatat, seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% khususnya untuk barang mewah, hingga penambahan Objek Cukai yaitu Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK).
Adapula potensi kenaikan iuran BPJS Kesehatan, potensi kenaikan harga gas Elpiji, potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), penerapan Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) yang akan dikenakan PPN, penerapan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta opsen pajak kendaraan bermotor.
Dikunjungi media ini, beberapa pedagang di kawasan Kecamatan Alang-Alang Lebar, Palembang mengeluhkan hal serupa, yakni penurunan omset lantaran sepi pembeli.
Dikatakan, situasi ini berlangsung sejak awal tahun baru 2025, menyusul naiknya harga sejumlah barang.
“Sejak barang-barang naik, dari tahun baru sampai sekarang (omset) makin nurun, bukannya makin bagus penjualan.” Ujar Yulis, pedagang mainan ditemui media di lapak jualannya.
Yulis menjelaskan, penurunan omset mencapai 50 persen lebih yang membuatnya bingung untuk memutarkan modal dan tetap bertahan.
“Kita lapak sewa, setiap hari harus sekian persen (disisihkan) untuk bayar sewa lapak. Kalau kondisi makin berat, sulit bertahan.”
Hal serupa disampaikan salah satu pedagang olahan mi di Kelurahan Talang Kelapa yang mengaku juga mengalami penurunan omset pasca naiknya harga sejumlah barang.
“Terasa sekali menurunnya, kalau biasanya satu hari habis 6 kilo, sekarang paling 3 kilo. Belum lagi bahan-bahan mahal, cabe, bawang, ayam semua mahal. Jadi dilema, kalau harga kita naikkan dalam situasi begini, pasti makin berat.” Keluhnya.
Merangkum dari sejumlah pedagang, mereka berharap harga dapat kembali stabil dan menaruh harapan besar kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan.
“Mereka enggak pede belanja. Ada juga yang tahan belanja untuk persiapan Ramadan bulan Maret nanti,” ujarnya dilansir Kompas.com, Selasa (4/2/2025).
“Indikasi sisi permintaan sedang melemah meski pemerintah gelontorkan insentif, PPN 12 persen juga dibatalkan, tapi masyarakat lebih memilih menyimpan uang di bank,” ucapnya.
Bhima menyebut, inflasi yang rendah ini dapat menyebabkan kesempatan kerja berkurang terutama bagi pekerja lulusan SMK dan perguruan tinggi.